Senin, 02 Juni 2014

Puisi-puisi: Julaiha.S



Musim Gugur

Atap rumah ibu, bunga-bunga rehat
daun-daun tergeletak, mati
dan ranting terus saja berdoa.

Seumpama cakrawala menancap langit
yang diam dan merinding beku

Maka pupus malam-malam itu
setelah siang terang
dan tulisan membara api biru

Jabatlah tangan seerat pelukan ibu
sebelum kau disirnakan daun yang jatuh di musim gugur
Medan, 2014

Musim Semi

setelah tulang terbelah
dipahat-pahat senja
dan runtun musim terus berputar menuju ke puisi.

Aku bertahan di bawah pohon baru tumbuh
pucuk daun yang menangkap dirimu
dan di luar jam dan rupa-rupa namamu, Semi

Namun, hendak waktu meraut hari
perjumpaan kian dini
melahirkan denyut paling terkikis,
kau lebih suka menyunting senyum yang tipis
dan aku semakin tergigit gigil
Medan, 2014

Dildara

lampu menyorot wajahmu di dalam surga.
Nyala-nyala di matamu sebatas pikiran ringan.
Kita kembali menerobos lorong waktu
memasuki masa dulu,
pada musim pertengahan semi dan gugur
dalam cerita, memiara asmara, dua warna
putih dan hitam menjelaskan seberapa abu-abu.

keikhlasan abadi itu menjamah dadamu
dan negeri mimpi yang ujung-ujungnya digeluti rindu.
           
pertengahan minggu
melewati luka
dan masa depan.
adalah Progresi sunyi kau dan aku.
yang terus mengeja langkah
dan tulisan-tulisan waktu
Medan, 2014

Julaiha.S, atau Julaiha Sembiring, kelahiran Medan, 11 Juni 1993. Saat ini, Penulis tercatat sebagai Mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Medan. Penulis bergiat di Kompensasi (Komunitas Mahasiswa Pecinta Sastra Indonesi) dan KPPI- Medan. Ia pernah memenangkan berbagai lomba dalam bidang kepenulisan. Karya Julaiha pernah dimuat di berbagai media massa lokal, nasioanl dan online. Karya Julaiha juga telah termaktub dalam beberapa antologi puisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar