Senin, 20 Januari 2014

Puisi-puisi: A’yat Khalili



HIKAYAT TUKANG TIKAR
1.
daun-daun siwalan, ia bidik cerita yang selalu tumbuh
dari bukit menjelma hamparan tikar dalam redup damar
di antara temaram sinar lampu nan lengang selepas malam
gemeriak klinangan dengan resah dan hambar semakin risau
menemaninya. entah, dari mana, tak ada yang peduli
setiap larut dentang semakin resah dan lapuk

ia beraikan cerita sepanjang malam di halaman rumah
dengan sabar membaca gurat nasib yang melekat pada wajah
tuanya, yang menguap dari struktur daun yang mengambang
sepanjang tangan menjelma jalan hidupmu

sampai langit tertutup, bulan kabur, tubuh ini dijamah
lelah sebagaimana daun siwalan telah habis ditatah,
kelenjar mataku juga tak pernah reda disudahi perih

2.
daun-daun siwalan sepanas punggung dibakar siang
dengan desah dan sabar ia sisipkan pada matanya yang
retak terkatup meratapi kantuk sepanjang hari serta seduhan
nyeri tanpa nada, pelan dan lamat setiap saat, sampai daun
kembali jatuh dan ia pahat lagi dengan cerita mengilas
serupa debar langkahmu berkalang di tanah orang

bulan dari jauh hanya dipantul sinar damar dan angin
ibarat nyala sepasang matamu yang masih muda. ia tak pernah
tahu selain selembar daun siwalan, sebagai hamparan
mengarungi bahtera hidup serta langkah dan tapak kakimu
sepanjang jalan.
Sumenep, 2012



KIDUNG PETANI PADI
sumur yang kering, seperti mambang lagu peladang
langit biru penuh impian antara resah dan senyap bimbang
menyibak desir hari-harimu, mengeras seperti batu malam hari
di mana lagu-lagu persawahan dalam remang akan redup
dan kemarau menghambur setiap saat dari hulu ke hilir
sampai serap kali di ujung muara, dikeruk habis mesin-mesin
petani yang menderam-deram menyiangi hidup kami

hujan yang tak turun, seperti daun pinus yang lambung
mengering di antara perigi dan arah musim. di antara cucuran
keringat. barangkali ada tetas dingin jatuh menjelma benih
padi serta gairah dari rasa lelah pada kiluan jejak kami

ladang yang hangus, seperti pajang mimpi yang sakal
menahan kesumat nasib. terus menadah mata air dengan tangan
doa yang semakin langis dan haru, gembur dan suburkan kami.

tangan yang terkembang, seperti meminta duka langit yang
panas tumpah dan ruah membasahi rupa ini. karena tanah
yang mengusik hati ingin kami pintal duka seperti lagu-lagu
menanam padi.
Madura, 2012



HUJAN
    —sabalao

seumpama kenangan, kita pun pergi
sebagai petani, memeluk bumi, dalam gelap
yang entah berupa lembah.

kukenang terang tanah; padang gulita dan segala
yang bakal subur, berbiak menjelma batang paling teguh
dalam cucur air, begitu pula kau

menadah silih berganti, menjinjing alis dan tangan
yang separuhnya jadi pohon jagung dan padi
dengan wajah paling tropis dan senyum buah
paling menggoda, menggetarkan nasib yang sengit
ke langit, sampai mata putih.

kubuka petak sawah dan kebun
di sana; cahaya mimpi masih digali
dalam cangkul, cinta dan kasih sayang tumbuh
seperti kisar pulau, akar tertanam dalam air
saling mengikat kuat perjalanan
di hamparan bening tanah; rumput-rumput
menatap kita keluar jendela bergerak jauh
ke tempat dahulu engkau dikandung; wajah ibu
dan bapak yang tak pernah membentuk tepi
selain hanya serumpun awan mendung

“ kau penebar berkah, sekaligus ketakutan” bisiknya
di jantungmu, melemparku ke sembarang arah
yang tak habis kita jatuhi dan tanami
seserakah penjarah yang pernah mendarat hingga lesap

“ mereka akan berubah asap, anakkku” di udara
suara itu mengambang murung, kembali kenangan
bergelantungan seperti terus ingin mengusir kita lagi.
Madura,  2013



A’yat Khalili, lahir di kampung Telenteyan, desa Longos, kecamatan Gapura, kabupaten Sumenep, 10 Juli 1990. Karya-karyanya dipublikasikan di pelbagai media lokal dan nasional, antara lain; Majalah Horison, Majalah Sagang, Jurnal Pohon, Sahabat Pena, Gong, Bende, Mimbar Pendidikan Agama (MPA), Majalah Kidung, Kuntum, Media Jawa Timur, Tera, Radar Madura-Jawa Pos, Kabar Madura, juga terdapat dalam antologi bersama; Puisi Menolak Lupa (unggun reliji, 2010), Pukau Kampung Semaka (lampung, 2010), Lelaki yang Dibeli (Grafindo-ObsesiPress, 2011), Narasi Tembuni (KSI, 2012), Nanyian Kesetiaan (obsesipress, 2012), Indonesia Hari Esok (obsesipress, 2012), Sorgofagus (balistra, 2012), Sauk Seloko (PPN VI-Dewan Kesenian Provinsi Jambi, 2012), dll.
Mengikuti Temu Sastrawan Melayu Raya (NUMERA) ke-1 Padang, Sumatera Barat 2012; Sempena Mahrajan Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara ( Sabah, Malaysia, 08-13 Januari 2012); Temu Penyair Nusantara (PPN) VI Jambi 2012. Sekarang, aktif di komunitas Rumah Sastra Bersama (RSB) dan komunitas Bengkel Puisi Annuqayah (BPA). Beralamat; Email: khalili.telentean.longos@gmail.com/ merindukan_masadepan@yahoo.com,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar