BAYANGAN BAYANGANMU
bergema
sebuah lagu
di dasar
relung jiwaku
yang
bernafas dalam benih dadaku
tiada
dicairkan di atas lembar kulit lembu
di
ulang-ulang oleh mimpi dan bayangan
di fahami
oleh cinta, ia meneguk rasa penantian
dalam jubah
yang menipis nian
dan
mengalirkan rasa pelik kehausan
dan aku
mendesahkannya
mungkin dia
berbaur dengan kerajaan fana
lalu,
kepada siapa aku menyanyikannya?
tersimpan
dalam relung sukma
terhempas
di sela rusuk dada
apabila
kutatap penglihatan batinku
nampak di
dalamnya bayangan dari bayanganmu
apabila ku
sentuh jemariku
amat terasa
getaran kehadiranmu
itulah
sentuhan lembut yang menawan ruang
mempesonakan
desah nafas kenikmatan panjang
perlakuan
jemari-jemari angin yang meraba mulut bunga selasih
berbuah
ruah rintihan manis nan lirih
ahir dari
permulaan selat segara
pemisah
kekasih dari ruang dunia dan mantra
semakin
teringat, serasa akan semakin terhimpit
semakin
mencekik laksana pemakaman langit
perilaku
gerak tangan saksi kebisuan
bagai
cahaya di danau tenang terpantul gemerlapan
suara
gelegarmu dikumandangkan kesunyian
berkedip
mata seolah bukan impian
tatkala itu
sang
musim memadukan tanaman-tanaman berbunga
berbentuk
gelombang dengan seragam merah delima
menyatukan
dua aroma
berpisah
jasad, menyatu jiwa
Solo, 25 Maret 2013
SELINGKUH
hujan turun
menggandeng sinar matahari
tanpa
selimut awan nimbus yang menaungi
selayak
kuntum bunga yang aku pegangi
telah jatuh
tanpa ada yang memandangi
seharian
aku menunggu di ufuk senja
namun sial
akhirnya kau tak datang jua
berharap
membawa sebongkah semangka
yang
biasanya kita makan berdua
barangkali
kau berada di kaki perjalanan
menuju rute
lurus berbelok ke perumahan
rumah
dimana aku menghabiskan cemilan
yang belum
habis selama sepekan
seringkali
kubolak-balik pergelangan tangan
berharap
waktu menggandengmu ke halaman
tapi
ternyata kau masih bertiarap tanpa beban
mendengkuri
seseorang yang tak pernah kupikirkan
kudapati
bulan merobek suratku
tatkala
bintang mencaci maki langit biru
memandangi
kamarku yang mendadak bisu
selayak
nyawaku tercabut tanpa kehadiranmu
akhirnya
malam mengelus kening dagu
menasehati
hati kecilku yang menunggu
memeluk
angin semalaman tanpa syal ungu
mengigil di
sudut tembok berwajah kelabu
Surakarta, 2 April 2013
DAUN DI LAILMU
adalah
bodoh selembar daun
yang hanya
bisa mengangguk
setegar
itukah batang-batag
yang
sesenaknya beregang
konsekuensi
diri
yang
terlahir dari ucap sendiri
terpasung
terpaku
mata kaki dengan rantai terkurung
budak
romusha ada masa itu, dikandung
rerumputan
bertutur kata
bergagai
harapan yang semakin fana
tak juga
terputus
perang
batin dan terhapus
memenjara
otak
membusukkan
kelopak
apa yang
harus terkicau lagi
saat kata
yang terucap bukan yang tertuju
dan semoga
hanya lail
yang
bermain dengan anak kecil
Surakarta, 10 Mei 2013
Tentang penulis :
KINANTHI ANGGRAINI. lahir di magetan, 17 januari 1990. menulis artikel, proposal, reportase
dan puisi. mahasiswi
pascasarjana pendidikan sains, UNS Solo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar