Senin, 20 Januari 2014

Puisi: Kinanthi Anggraini



BAYANGAN BAYANGANMU

bergema sebuah lagu
di dasar relung jiwaku
yang bernafas dalam benih dadaku
tiada dicairkan di atas lembar kulit lembu

di ulang-ulang oleh mimpi dan bayangan
di fahami oleh cinta, ia meneguk rasa penantian
dalam jubah yang menipis nian
dan mengalirkan rasa pelik kehausan

dan aku mendesahkannya
mungkin dia berbaur dengan kerajaan fana
lalu, kepada siapa aku menyanyikannya?
tersimpan dalam relung sukma
terhempas di sela rusuk dada

apabila kutatap penglihatan batinku
nampak di dalamnya bayangan dari bayanganmu
apabila ku sentuh jemariku
amat terasa getaran kehadiranmu

itulah sentuhan lembut yang menawan ruang
mempesonakan desah nafas kenikmatan panjang
perlakuan jemari-jemari angin yang meraba mulut bunga selasih
berbuah ruah  rintihan manis nan lirih

ahir dari permulaan selat segara
pemisah kekasih dari ruang dunia dan mantra
semakin teringat, serasa akan semakin terhimpit
semakin mencekik laksana pemakaman langit

perilaku gerak tangan saksi kebisuan
bagai cahaya di danau tenang terpantul gemerlapan
suara gelegarmu dikumandangkan kesunyian
berkedip mata seolah bukan impian

tatkala itu
sang musim  memadukan tanaman-tanaman berbunga
berbentuk gelombang dengan seragam merah delima
menyatukan dua aroma
berpisah jasad, menyatu jiwa
Solo, 25 Maret 2013



SELINGKUH

hujan turun menggandeng sinar matahari
tanpa selimut awan nimbus yang menaungi
selayak kuntum bunga yang aku pegangi
telah jatuh tanpa ada yang memandangi

seharian aku menunggu di ufuk senja
namun sial akhirnya kau tak datang jua
berharap membawa sebongkah semangka
yang biasanya kita makan berdua

barangkali kau berada di kaki perjalanan
menuju rute lurus berbelok ke perumahan
rumah dimana aku menghabiskan cemilan
yang belum habis selama sepekan

seringkali kubolak-balik pergelangan tangan
berharap waktu menggandengmu ke halaman
tapi ternyata kau masih bertiarap tanpa beban
mendengkuri seseorang yang tak pernah kupikirkan

kudapati bulan merobek suratku
tatkala bintang mencaci maki langit biru
memandangi kamarku yang mendadak bisu
selayak nyawaku tercabut tanpa kehadiranmu

akhirnya malam mengelus kening dagu
menasehati hati kecilku yang menunggu
memeluk angin semalaman tanpa syal ungu
mengigil di sudut tembok berwajah kelabu
Surakarta, 2 April 2013



DAUN DI LAILMU

adalah bodoh selembar daun
yang hanya bisa mengangguk
setegar itukah batang-batag
yang sesenaknya beregang
konsekuensi diri
yang terlahir dari ucap sendiri

terpasung
terpaku mata kaki dengan rantai terkurung
budak romusha ada masa itu, dikandung

rerumputan bertutur kata
bergagai harapan yang semakin fana
tak juga terputus
perang batin dan terhapus

memenjara otak
membusukkan kelopak

apa yang harus terkicau lagi
saat kata yang terucap bukan yang tertuju
dan semoga hanya lail
yang bermain dengan anak kecil
Surakarta, 10 Mei 2013



Tentang penulis :

KINANTHI ANGGRAINI. lahir di magetan, 17 januari 1990. menulis artikel, proposal, reportase dan puisi. mahasiswi pascasarjana pendidikan sains, UNS Solo.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar