Senin, 19 Mei 2014

Puisi-puisi: Muhamad Arfani Budiman



Runcing  Bulan

langit mendung dalam tubuhku
raungan malam melintasi separuh luka
menghunus pada riwayat pengembara gelap
runcing bulan mengayuh di pusaran malam
menerobos kesedihan dalam asap perjalanan
terbaring dalam ruh kesunyian
pecah dalam pelayaran doa
2014
 

Perempuan Yang Menyalakan Lilin Di Matanya

ketika luka selalu tumbuh di akar waktu
seseorang mengasah takdirnya
meminjam bahasa laut yang patuh
rindu berguguran di musim-musim hujan
lalu perempuan itu menyalakan lilin di matanya
sebagai pertanda begitu gelap jalan yang di tempuh
lampu-lampu taman di hiasi kunang-kunang
aroma kesedihan bergeser seperti perputaran jam
doa-doa meruap di cangkir kopi
ruh kesunyian bersemayam dalam pusaran cahaya
2014

Sepasang Cahaya

sepasang cahaya yang jatuh di kakimu
adalah perputaran luka pada batang usia
daun-daun luruh seperti isyarat kesedihan
pada ranting –ranting kembali kau
membuka arah cuaca pada lekuk matamu
di bibir tipismu mengurai setiap ruap kata-kata
dalam kota yang di serbu kabut
kau menari bersama angin
mengusap pejam mata
terluka oleh rahim waktu
bersemayam dalam pucat kesunyian
2014
 

Romansa Pagi

kelebat angin bergegas
menuju daun pintu
langit begitu bersih
membuka cadarnya pelan-pelan
jerit burung-burung mengantarkan pesan rindu
jatuh di lembaran cahaya
daun-daun berguguran ke rebah tanah
sementara bayanganmu melompat di balik cermin
menebas setiap luka yang bersarang dalam rahim waktu
2014
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar