DOA
I. bersama hujan kutitipkan
muatanku padamu
sebab kau yang mewakiliku menuju muara rindu
sampaikan pula lumpur yang menempel di baju
jangan lama-lama, aku bisa menjadi arca batu
melesatlah engkau serupa seekor pegasus
menuju singgasana Dzat Yang Maha Kudus
sapalah jua malaikat yang tersenyum arif tulus
yang menukar muatan di punggungmu
dengan sebuah kado khusus
II. hilir mudik kau sampaikan
semua pesanku
kemudian kembali mesra di pangkuanku tepat waktu
istirahatlah, dan sejenak ceritakan kepadaku
arti di balik senyuman yang kau tahan itu
adakah kabar yang senantiasa aku tunggu
III.
lancar sekali kau
bercerita tentang perjalanan
kau bercerita lepas, tanpa paksaan, ataupun rasa enggan
sesekali kau terdiam mencari kata yang sepadan
untuk melukiskan pengalamanmu yang mengagumkan
tentang sambutan dan upacara penghormatan
aku mengerti, Mereka memperlakukanmu penuh kearifan
Surakarta, 2010
PERJALANAN DEBU
apa yang kau pikir tentang debu
selain serbuk halus mengembara berlalu
seperti tamu yang tak pernah ditunggu
yang menerobos jendela dan celah pintu
ketika asyik tidur sambil berlagu
yang lembut tak terlihat di kamar gelap
juga di tempat berlampu saling menatap
kecuali kau nyalakan senter bersinar mantap
lalu menyorotinya di ruang pengap
berkerumun ia seperti sekawanan rayap
lewat hembusan angin ia berkelana
menyinggahi benda-benda yang ia suka
sebelum air sabun mengusirnya
sejenak kemudian meninggalkannya
tapi esok kau lihat ia masih di sana
kuyakin kau telah lama mengenal
sebab kulitmu kerap memintanya tinggal
diam-diam tanpa izinmu, wahai peramal
meninggalkan lanskap dalam ketika tanggal
ketika kembali ke tempat ia berawal
apa yang kau pikir tentang debu
selain noda mengering dan membeku
yang kerap membuatmu malu
sewaktu mengendap di belakang baju
tanpa sepengetahuanmu
Surakarta, 2011
selain serbuk halus mengembara berlalu
seperti tamu yang tak pernah ditunggu
yang menerobos jendela dan celah pintu
ketika asyik tidur sambil berlagu
yang lembut tak terlihat di kamar gelap
juga di tempat berlampu saling menatap
kecuali kau nyalakan senter bersinar mantap
lalu menyorotinya di ruang pengap
berkerumun ia seperti sekawanan rayap
lewat hembusan angin ia berkelana
menyinggahi benda-benda yang ia suka
sebelum air sabun mengusirnya
sejenak kemudian meninggalkannya
tapi esok kau lihat ia masih di sana
kuyakin kau telah lama mengenal
sebab kulitmu kerap memintanya tinggal
diam-diam tanpa izinmu, wahai peramal
meninggalkan lanskap dalam ketika tanggal
ketika kembali ke tempat ia berawal
apa yang kau pikir tentang debu
selain noda mengering dan membeku
yang kerap membuatmu malu
sewaktu mengendap di belakang baju
tanpa sepengetahuanmu
Surakarta, 2011
HIKAYAT SEBUTIR
MUTIARA
apa yang kau harap dari sebutir pasir
yang mudah diusir angin meski semilir
diterbangkan lalu dijatuhkan di atas
laut
terombang-ambing ombak pasang-surut
hingga perjalanan serasa mengasingkan
diri
menuju kedalaman laut yang penuh
misteri
dan celakalah bagi sekawanan tiram
yang tak waspada hingga aku bersemayam
di dalam cangkangnya
menimbulkan perih luar biasa
hingga terlihat betapa merananya ia
kini
yang tak memiliki sepasang tangan dan
kaki
yang tak mudah mengusir rasa sakit ini
tapi dengan bantuan liurnya yang licin
menumpuklah segala ingin
dengan sabar aku dibalut air liurnya
agar tergelincir keluar dengan
sendirinya
hari, bulan, dan tahun-tahun pun
berganti
pamitku adalah pertanda perih terobati
dan aku pangling sewaktu mematut diri
warna kulitku menjadi kian semarak
tubuhku mulai berbentuk kian acak
aku mulai menjalani peran berbeda
menjadi sebutir benda yang cukup
berharga
Yogyakarta-Jepara,
2012
BIODATA PENULIS
Lasinta Ari
Nendra Wibawa, S.T., lahir di Sukoharjo, 28 Januari 1988. Menulis puisi, cerpen,
artikel, dan esai. Karyanya pernah dimuat di 40 media massa lokal-nasional, 26
buku antologi bersama yang terbit skala nasional-internasional, dan meraih 26
penghargaan. Buku kumpulan puisinya yang berjudul Alpha Centauri (Shell, 2012) menjadi referensi di Library of Congress, Cornell University, Michigan, USA.
Alumni mahasiswa Teknik Mesin UNS ini bergiat sebagai redaktur Buletin Sastra Pawon, Solo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar