Jumat, 20 Desember 2013

Puisi-puisi: Lasinta Ari Nendra Wibawa, S.T.

 DOA

I. bersama hujan kutitipkan muatanku padamu
   sebab kau yang mewakiliku menuju muara rindu
   sampaikan pula lumpur yang menempel di baju
   jangan lama-lama, aku bisa menjadi arca batu

  melesatlah engkau serupa seekor pegasus
  menuju singgasana Dzat Yang Maha Kudus
  sapalah jua malaikat yang tersenyum arif tulus
  yang menukar muatan di punggungmu
  dengan sebuah kado khusus

II. hilir mudik kau sampaikan semua pesanku
    kemudian kembali mesra di pangkuanku tepat waktu
    istirahatlah, dan sejenak ceritakan kepadaku
   arti di balik senyuman yang kau tahan itu
   adakah kabar yang senantiasa aku tunggu

III.  lancar sekali kau bercerita tentang perjalanan
      kau bercerita lepas, tanpa paksaan, ataupun rasa enggan
      sesekali kau terdiam mencari kata yang sepadan
     untuk melukiskan pengalamanmu yang mengagumkan
     tentang sambutan dan upacara penghormatan
     aku mengerti, Mereka memperlakukanmu penuh kearifan
Surakarta, 2010


PERJALANAN DEBU


apa yang kau pikir tentang debu
selain serbuk halus mengembara berlalu
seperti tamu yang tak pernah ditunggu
yang menerobos jendela dan celah pintu
ketika asyik tidur sambil berlagu

yang lembut tak terlihat di kamar gelap
juga di tempat berlampu saling menatap
kecuali kau nyalakan senter bersinar mantap
lalu menyorotinya di ruang pengap
berkerumun ia seperti sekawanan rayap

lewat hembusan angin ia berkelana
menyinggahi benda-benda yang ia suka
sebelum air sabun mengusirnya
sejenak kemudian meninggalkannya
tapi esok kau lihat ia masih di sana

kuyakin kau telah lama mengenal
sebab kulitmu kerap memintanya tinggal
diam-diam tanpa izinmu, wahai peramal
meninggalkan lanskap dalam ketika tanggal
ketika kembali ke tempat ia berawal

apa yang kau pikir tentang debu
selain noda mengering dan membeku
yang kerap membuatmu malu
sewaktu mengendap di belakang baju
tanpa sepengetahuanmu
Surakarta, 2011


HIKAYAT SEBUTIR MUTIARA

apa yang kau harap dari sebutir pasir
yang mudah diusir angin meski semilir
diterbangkan lalu dijatuhkan di atas laut
terombang-ambing ombak pasang-surut
hingga perjalanan serasa mengasingkan diri
menuju kedalaman laut yang penuh misteri
dan celakalah bagi sekawanan tiram
yang tak waspada hingga aku bersemayam
di dalam cangkangnya
menimbulkan perih luar biasa
hingga terlihat betapa merananya ia kini
yang tak memiliki sepasang tangan dan kaki
yang tak mudah mengusir rasa sakit ini
tapi dengan bantuan liurnya yang licin
menumpuklah segala ingin
dengan sabar aku dibalut air liurnya
agar tergelincir keluar dengan sendirinya
hari, bulan, dan tahun-tahun pun berganti
pamitku adalah pertanda perih terobati
dan aku pangling sewaktu mematut diri
warna kulitku menjadi kian semarak
tubuhku mulai berbentuk kian acak
aku mulai menjalani peran berbeda
menjadi sebutir benda yang cukup berharga

Yogyakarta-Jepara, 2012


 

BIODATA PENULIS

Lasinta Ari Nendra Wibawa, S.T., lahir di Sukoharjo, 28 Januari 1988. Menulis puisi, cerpen, artikel, dan esai. Karyanya pernah dimuat di 40 media massa lokal-nasional, 26 buku antologi bersama yang terbit skala nasional-internasional, dan meraih 26 penghargaan. Buku kumpulan puisinya yang berjudul Alpha Centauri (Shell, 2012) menjadi referensi di Library of Congress, Cornell University, Michigan, USA. Alumni mahasiswa Teknik Mesin UNS ini bergiat sebagai redaktur Buletin Sastra Pawon, Solo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar