Kamis, 19 Desember 2013

Puisi-puisi: Matroni Muserang


Tidak Akan

Jejakku sarat lelah dan nafasku terengah-engah
aku ingin mencari rindu dari rindu-rindu yang lain
berjalan menuju adamu yang merindu
lekuk waktu dari sekian peradaban palsu
bergeming memulai rinai-rinai semu

Luka karena rindu
hanya sempalan waktu
lembaran pulau dimata sebaris resah tak terbuka

Pengembara yang tersesat
selalu bertanya tentang arah

Aku tidak akan merindu
jika hanya pada wanitaku
ia akan habis oleh pertemuan
pengembaraan lebih berharga
dari sekedar menyelesaikan perindu

Aku tidak akan merindu
walau secarik cahaya matamu memanggil
walau sekeping emas memantul
mungkin rindu sudah lelah
dengan rindu-rindu berwaktu
yang menyimpan memori palsu

Ketukan-ketukan rindulah
yang mempertemukan rindu yang sebenarnya
rindu mengalir sungai-sungai
mengalir airmata terus-menerus
dan kehijauan yang menyejukkan
Komunitas Rudal, Jogja, 2013


 

Mencari

Setelah selesai merampungkan keluh
dari keringat keramaian hari
kita mesti merawat diri dengan airmata
merawat adamu dari kerumitan rindu

Pohon-pohon di hutan
hijau di mataku mengalirkan kesejukan
menaburkan ribuan kata, ribuan makna dan warna-warna

Aku ingin mencari
dari ribuan daun-daun waktu
memilih bagian-bagian
karena tanda tanya masih terjaga di pangkuan
 
Lalu, kueja saja ia
berdialog tentang pencari 
merumuskan arah

Kata-kata menjadi pohon kata
beranting berdaun
akarnya menjalar ke dalam bumi
meneruskan dakwah suci sang cahaya
melalui tafsir-tafsir ilusi

Dari batangmu getah keluar
dari rantingmu bunga mekar
dari daunmu kesejukan menyebar
Jogja, 2013



Aku Ingin jadi Lampu

Aku ingin jadi lampu
di tepi jalan
menerangi surau daun

Ia menyapa dalam diam
menegur dalam hening
berzikir dalam sunyi

Kau diciptakan manusia
dipasang untuk satu tujuan
menyapa
berubah pada masa
Komunitas Rudal, 2013

*Matroni Muserang lahir di Banjar Barat, Gapura, Sumenep, Madura. Aktif di Komunitas Rudal Yogyakarta.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar